::humble opinion::

general curve

humble curve

 

October 16, 2011 at 5:08 pm 1 comment

::Kesehatan, Pemikiran yang Harus Dipikirkan (bagian 2)::

Kesehatan merupakan hal yang sering kita dengar. Faktor yang mempengaruhi kesehatan yang telah kita ketahui ada dua faktor besar, yaitu pendidikan dan ekonomi. Kedua hal ini menggiring kepada kesadaran setiap masyarakat untuk peduli pada kesehatan masing-masing. Ketika permasalahan pendidikan telah diambil alih oleh civitas akademika dari berbagai perguruan tinggi, permasalahan yang tersisa adalah ekonomi. Permasalahan ini sering sekali luput dari perhatian kita.

Berbicara mengenai jurusan kesehatan, farmasi khususnya, tentunya menjadikan pemikiran kita terarah pada konseling, pelayanan kesehatan, dan obat. Menurut saya itu tidak seluruhnya keliru. Tetapi kita jarang berfikir tentang kemampuan masyarakat untuk membeli kesehatan terebut. Kesadaran masyarakat akan kesehatan tidak akan pernah tercapai kalau kondisi
ekonomi mereka menuntut pengambilalihan pikiran secara total ke arah kebutuhan pokok yang paling pokok. Apabila daya beli masyarakat tidak ada, tampak dari luar seakan kepedulian tersebut sirna.

Saya teringat perkataan teman-teman yang tergabung dalam program farmasi pedesaan. Suatu program yang sangat bagus saya pikir, dimana mahasiswa terjun langsung ke desa untuk membantu masyarakat di sana. Saya tidak ingin mengkritisi kegiatan tersebut karena eksistensinya mampu menciptakan hubungan antara perguruan tinggi dengan masyarakat, itu sangat bagus. Yang membuat saya tertarik adalah pernyataan yang sering saya dengar tentang fokus besar permasalahan yang dibahas, yaitu kesehatan. Kesehatan di sini diartikan secara sempit dan hanya ditinjau dari sisi kesehatan itu sendiri, tanpa memperhatikan korelasi dengan faktor-faktor lain. Itu bisa terlihat dari program-program yang dijalankan seperti penanaman TOGA, klinik gratis, penyuluhan, dan program-program lain yang arahnya hanya dari kesehatan saja. Saya tidak mengatakan ini salah, hanya saja jangkauannya terlalu sempit.

Farmasi dididik untuk menjadi tenaga kesehatan yang profesional, tapi tidak berarti mempersempit jangkauan. ITB yang merupakan institusi pendidikan yang berbasis teknologi mengajarkan banyak hal kepada kita (saya ingin
membahas kampus saya sendiri karena ini yang saya tahu). Unsur teknologi menjadi hal yang sangat kuat yang diajarkan di kampus tersebut. Teknologi farmasi pun diajarkan di sana. Anehnya, setiap mahasiswa tidak pernah berfikir untuk melakukan hal lebih. Kembali lagi, fokusnya adalah kesehatan. Mindset yang tertanam adalah kesehatan, dalam arti sempit. Pengabdian di masyarakat selalu dihubungkan dengan kesehatan. Kesehatan, kesehatan, dan kesehatan. Apa bedanya dengan tenaga kesehatan lain?

Saya ingin mengambil satu contoh kasus. Suatu ketika farmasi ITB pernah mengadakan kuliah lapangan ke tempat penyulingan minyak atsiri di Garut (adakah hubungannya dengan kesehatan?). Kebetulan saya tidak bisa ikut waktu itu. Tapi dari cerita teman-teman saya tahu bagaimana kondisi di sana. Penyulingan yang lumayan besar saya pikir. Hanya saja permasalahan yang cukup besar dan umum terjadi tentang minyak atsiri adalah kualitas produknya. Petani di Indonesia tidak mengerti betul dengan parameter kualitas minyak atsiri. Jangan tanya tentang bagaimana memproduksi
minyak atsiri dengan kualitas bagus tersebut. Ujungnya, perusahaan-perusahaan minyak yang cukup besar membelinya dengan harga murah, memurnikannya, kemudian menjualnya dengan harga yang sangat mahal. Petani hanya bisa memperoleh margin besar melalui produksi yang besar, berbasis pada kuantitas.

Pertanyaannya, apakah seorang farmasis tidak pernah berhubungan dengan distilasi, pemurnian, dan analisis? Sangat berhubungan sekali bukan? Akan tetapi jarang kita temui seorang mahasiswa farmasi yang mau terjun ke ranah ini untuk
membantu masyarakat di sana karena itu “bukan” ranah kesehatan. Itu lebih kepada ranah industri, bisnis, dan ekonomi. Ini adalah sebuah contoh besar yang menunjukkan bahwa kita belum berfikir secara luas. Mindset kita dipersempit secara otomatis oleh diri dan lingkungan sendiri. Padahal modal untuk melakukan semua itu sudah ada. Membawa teknologi yang telah dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat.

Tentunya contoh tadi tidak mewakili semua daerah. Tapi yang saya garis bawahi adalah adanya kesadaran bagi kita
bahwa farmasi tidak dibatasi oleh kesehatan saja. Ada korelasi yang penting yang harus diperhatikan, dan teknologi dijadikan sebagai alat untuk mencapainya. Korelasi dengan bidang ekonomi. Maka tidak mustahil apabila seorang farmasis berpikir untuk mengubah kondisi ekonomi suatu masyarakat melalui jalan teknologi dengan pemantauan berkala. Itu akan jauh lebih membantu daripada sekedar memikirkan kesehatan secara tersendiri. Bahkan secara psikologis seseorang akan lebih tergugah apabila ingin dibantu dari segi ekonomi ketimbang segi kesehatan.

Kesehatan tidak akan mampu berdiri sendiri. Faktor-faktor tersebut harus selalu diperhatikan. Korelasinya harus selalu dijaga. Dengan bantuan teknologi, tentu hal ini tidak akan mustahil untuk dilakukan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita merubah sikap dan mindset kita untuk menghubungkan setiap faktor yang ada dan menciptakan suatu sinergi yang indah. Kesehatan, suatu pemikiran yang harus dipikirkan kembali karena banyaknya faktor yang mempengaruhi. Kesehatan-pendidikan-ekonomi.

-tribute to my friend, Taufik Nur Fatwa- thanks for open my mind 🙂

October 16, 2011 at 4:42 am 1 comment

:: apa cita-cita terdekat kamu ::

berbekal membaca blog salah satu alumni farmasi yang sekarang sedang asik-asiknya merawat dedek bayinya (helo kak Wina! how are you?!) saya pun berpikiran iseng meng-sms satu per satu orang dan mem-bbm satu persatu orang dengan bertanya :

“Apa cita-cita terdekat kamu?”

wah ternyata responnya sungguh beragam ! seketika HP saya dibanjiri sms dan bbm. pagi selalu menyimpan secercah harapan!

respon yang begitu bervariasi mulai dari yang serius, yang ok banget cita-citanya, yang menyedihkan karena bingung, yang tak mengerti maksud saya, yang bingung kenapa saya bertanya itu jadi mesti dijelasin dulu, yang menggebu-gebu langsung membalas dengan setumpuk cita-cita terdekatnya, sampai yang ngaco. ngaco sekali tapiy a begitulah manusia, sungguh beragam. ada juga yang tidak menjawab, berpikir mugkin saya sangat random dan strange ya? atau biarlah cita-cita ku menjadi cita-citaku aja, atau itu bukan hal pentinng yang perlu dijawab? hehe. no problemo! (suudzon deh loh. serius. no problemo!)

AWESOME!

anak-anak TPB, 2010 dan yang sedang pusing UTS (tampaknya) kebanyakan menjawab ingin IP4, ingin matkul ini lulus, pengen berhasil akademik, dll sejenis target akademik bahkan hingga ingin cepet dilantik jadi anggota himpunan. aminn, bisa pasti bisa, mari jalani dengan tulus 🙂

beberapa teman yang saya tanyakan menjawab dengan lantang (tampaknya) cita-cita terdekat mereka, memajukan bangsa, menciptakan lapangan kerja, mengerjakan amanah sebaik-baiknya, dll dll sejenis kepentingan orang banyak. amin.. saya selalu salut dengan orang-orang yang berpikir kritis dan people oriented, itu artinya otak kanannya sungguh digunakan

beberapa temen seperjuangan saya (seangkatan.red) kebanyakan menjawab ingin dapet kerja diperusahaan ini, itu, hingga target yang banyak sudah ingin (baca : kebelet) nikah. aminn.. asal halal Tuhan pun merestui temans 🙂

ada juga cita-cita diluar kategori diatas yang patut diacungi jempol juga.

mengapa saya serandom itu nanya sih?

ah saya cuma suka membuat sensasi saja.. oh tentu tidak!

sebenernya ada buah manis di balik keisengan tersebut

1. bayangkan saat kamu membaca cita-cita temen-temen kamu atau keluarga kamu.. walau tak terucap dengan mulut,ikut di-amin-in. itu berarti rencana pencapaian terdekat mereka akan semakin dekat

2. kamu bisa menjadi reminder untuk mereka atas mimpi2 mereka. misal pengen s2 k aussie taun depan. oke, berarti taun depan saatnya kamu bertanya apa kabar Aussie? waw. so great sekali mimpi-mimpi keluarga dan teman-teman. really proud!

3. bagi yang sedang letih lemah lesu, saat membaca “apa cita-cita kamu terdekat”mungkin menjadi berpikir ulang, menjadi semangat kembali! yihaa! who knows?

4. skalian silaturahmi! wah jadi tadinya ga pernah ngobrol, gapernah smsan, jarang nanyain kabar, gara-gara pertanyaan pembuka ini malah merembet ke kabar-kabaran, cerita-cerita , bahkan sesuatu cerita yang “waw dia nyeritain ini ke gue? “padahal kita jarang banget ngobrol. terima kasih telah mempercayai saya 🙂

5. last but not least bisa jadi motivasi eksternal ! membaca cita-cita orang membuat kamu brsemangat kembali. bahwa cita kita sebenernya banyak yang sama. tinggal mencari yang sama itu dan menyusun puzzle bersama. challenge accepted!

apapun cita-citanya, apapun mimpinya yang penting DUIT : doa. usaha. ikhtiar. tawakal. Insya Allah we will find the way. may Allah bless you all 🙂

setidaknya saya percaya bahwa tiap manusia Indonesia punya cita-cita, itu berarti Indonesia punya cita-cita, itu berarti ada harapan untuk menjadi yang dibutuhkan dunia bukan membutuhkan dunia (seperti seorang singapore yang berkata Indonesia doesnt need world, world need Indonesia). bahkan anak-anak di pedalaman pun, di pelosok pun pasti punya cita-cita. jadi kita masih punya harapan kan? 🙂

October 12, 2011 at 5:06 pm 2 comments

::Jadi Buat Apa Itu Hutan Kota::

ngobrol-ngobrol bareng orang2 cem aldi atau faris memang membuka wawasan. tak salahlah kalo mereka nantinya yang akan memberi pengaruh pada bangsa,wong cilik macem aku pun sudah berhasil mereka inspirasi. nah lho? ya semoga terwujud cita-cita bersama ini. semua punya caranya masing-masing.

tercetus pertanyaan dari temen saya bernama ibud (nama samarann. red). jadi buat apa hutan kota? hutan di baksil maksudnya? gue pun menjawab ya buat tempat pacaran. mereka berdua (aldi dan faris. red) menambahkan ya itu sangat dibutuhkan. mulailah bertukar ilmu pengetahuan masing-masing. pelajaran tata kota sedikit memberikan gue wawasan. jadi adalah di kota itu ada : grey land yaitu tempat pembangunan (konstruksi macem-macem sepertinya), brown land (yang tidak bisa ditanam), dan green land. green land itulah ruang terbuka publik. 30 % harusnya di tiap perkotaan. green land itu bisa jalur yang hijau (mungkin jalanan yang kanan kirinya pohn), ruang yang hijau mungkin taman2 kota, dan daerah resapan mungkin hutan kota (ah saya masih mencari yang benar0. 30 % untuk mencapai keseimbangan. untuk itulah perlunya hutan kota. jadi bersyukur jika Babakan Siliwangi dijadikan hutan kota. tapi rencananya sangkuriang mau dibangun apartemen. lah? gimana itu? gimana? HELP and SAVE Bandung! 🙂

ibud menimpali lagi, ibaratnya kota ini sudah jadi. lo harus mengubah sesuatu yang udah ke-set. itulah danya re-development. dan sejauh ini, di dunia, yang baru berhasil jepang dan inggris. indonesia kau bisakah? kemana larinya sarjana kita? sarjana arsi, sarjana plano. nah lho? just my humble opinion 🙂

semangat mengabdi dengan elegan . dengan caramu masing-masing, dengan orang-orang sebagai referensi tapi kau tetap berada pada hati nurani mu. semu orang diciptakan punya jatahnya masing-masing.

October 12, 2011 at 1:18 am Leave a comment

Older Posts


yangoi.selalu.ceria.

we can share everything. love.laugh. happy.friendship.and sad stories even the darkest one.

.im a deadliner.

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

.stories.

.stories.

RSS deep pathetic to writing

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.